Kamis, 23 Mei 2013

... KISAH NYATA SEORANG PRAMUGARI KOMA DI TANAH SUCI ...

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Kisah ini dikutip dari sebuah catatan facebook, sengaja menulis kembali cerita ini dengan maksud ingin menyebarkan kisah kebesaran Allah yang maha dahsyat ! Mudah-mudahan kita menjadi umat yang diselamatkan Allah .. Aamiin ...

Selama hampir sembilan tahun menetap di Mekah sambil menguruskan jemaah haji dan umrah, saya telah melalui berbagai pengalaman menarik dan yang pahit. Bagaimana pun, dalam banyaknya peristiwa yang saya alami, ada satu kejadian yang tidak akan pernah saya bisa lupakan. Kisah ini terjadi kepada seorang wanita yang berusia di pertengahan 30-an pada saat saya mengurus satu rombongan haji.

Setibanya wanita tersebut dan rombongan haji di Lapangan Terbang Jeddah kami sambut dengan sebuah bus. Semuanya terlihat riang sebab ini adalah pertama kalinya mereka melaksanakan haji. Setelah itu saya membawa mereka menaiki bis dan dari situ, kami menuju ke Madinah.

Alhamdulillah, segalanya berjalan lancar hingga kami sampai di Madinah. Tiba di Madinah, semua orang turun dari bus. Turunlah mereka satu persatu sampai tiba pada giliran wanita tersebut.

Tanpa sebab yang jelas tiba-tiba wanita itu jatuh tidak sadarkan diri, yang secara langsung setelah menginjak bumi Madinah.

Sebagai orang yang dipertanggungjawabkan mengurus jemaah itu, saya pun bergegas menuju ke arah wanita tersebut. “Jemaah ini sakit” kata saya pada jemaah-jemaah yang lain.

Suasana yang tadinya tenang serta merta bertukar menjadi cemas dan semua jemaah terlihat panik atas kejadian ini.

“Badan dia panas dan menggigil. Jemaah ini tak sadarkan diri, cepat tolong saya … kita bawa dia ke rumah sakit” kata saya.

Tanpa membuang waktu, kami mengangkat wanita tersebut dan membawanya ke rumah sakit Madinah yang terletak tidak jauh dari situ. Sementara itu, jemaah yang lain diantar ke tempat penginapan masing-masing.

Sampai di rumah sakit Madinah, wanita itu masih belum sadarkan diri. Berbagai usaha dilakukan oleh dokter untuk memulihkannya, namun semuanya gagal.

Sementara itu, tugas mengurus jemaah perlu saya teruskan. Saya terpaksa meninggalkan wanita tersebut di rumah sakit. Namun dalam kesibukan menguruskan jemaah, saya menghubungi rumah sakit Madinah untuk mengetahui perkembangan wanita tersebut.

Namun, saya diberi kabar bahwa dia masih tidak sadarkan diri. Selepas dua hari, wanita itu masih juga tidak sadarkan diri. Saya makin cemas, maklumlah, itu adalah pengalaman pertama saya berhadapan dengan situasi seperti itu.

Semua usaha untuk memulihkannya gagal, maka wanita itu dibawa ke rumah sakit Abdul Aziz Jeddah untuk mendapatkan perawatan lanjut sebab rumah sakit di Jeddah lebih lengkap kemudahannya dibandingkan rumah sakit Madinah.

Namun usaha untuk memulihkannya masih tidak berhasil. Jadwal Haji harus diteruskan. Kami berangkat ke Mekah untuk mengerjakan ibadah haji. Selesai haji, saya langsung pergi ke Jeddah.

Malangnya, sampai rumah sakit Abdul Aziz, saya diberitahu oleh dokter bahwa wanita tersebut masih koma. Bagaimanapun, kata dokter, keadaannya stabil. Melihat keadaannya itu, saya ambil keputusan untuk menunggunya di rumah sakit.

Setelah dua hari menunggu, akhirnya wanita itu membuka matanya. Dari sudut matanya yang terbuka sedikit itu, dia memandang ke arah saya dan terus memeluk saya dengan erat sambil menangis terisak-isak. Ketika itu saya sangat bingung, Saya bertanya kepada wanita tersebut,

“Kenapa kamu menangis?”

“Ustazah … saya taubat Ustazah. Saya menyesal, saya takkan berbuat lagi hal-hal yang tidak baik. Saya bertaubat, betul-betul bertaubat.”

“Kenapa kamu tiba-tiba ingin bertaubat?” tanya saya masih dalam keadaan bingung. Wanita itu terus menangis terisak-isak tanpa menjawab pertanyaan saya itu. Tidak lama kemudian dia bersuara, menceritakan kepada saya mengapa dia berkelakuan demikian, cerita yang bagi saya perlu diambil hikmahnya oleh kita semua.

Katanya, “Ustazah, saya ini sudah berumah tangga, menikah dengan lelaki orang kulit putih. Tapi saya salah. Saya ini cuma Islam pada nama dan keturunan saja. Saya tak pernah mengerjakan ibadah. Saya tidak sholat, tidak puasa, semua amalan ibadah saya dan suami tidak pernah saya kerjakan, rumah saya penuh dengan botol minuman.

Dengan suara tersekat-sekat, wanita itu menceritakan,

“Ustazah … Allah itu Maha Besar, Maha Agung, Maha Kaya. Semasa koma , saya telah diazab dengan siksaan yang benar-benar pedih atas segala kesalahan yang telah saya buat selama ini.

“Betulkah?” tanya saya terkejut.

“Betul Ustazah. Selama koma itu saya telah ditunjukkan oleh Allah tentang balasan yang Allah beri kepada saya. Balasan azab Ustazah, bukan balasan syurga.

Saya rasa seperti diazab di neraka. Saya ini seumur hidup tak pernah pakai jilbab. Sebagai balasan, rambut saya ditarik dengan bara api. Sakitnya tidak bisa saya ceritakan dengan kata-kata.

Menjerit-jerit saya minta ampun minta maaf kepada Allah.” “Bukan itu saja, buah dada saya pun diikat dan dijepit dengan penjepit yang dibuat daripada bara api, kemudian ditarik ke sana-sini … putus, jatuh ke dalam api neraka.

Buah dada saya hancur terbakar, panasnya bukan main. Saya menjerit, menangis kesakitan. Saya masukkan tangan ke dalam api itu dan saya ambil buah dada itu kembali .”

Tanpa mempedulikan pasien lain, suster pun memerhatikannya wanita itu terus bercerita. Menurutnya lagi, setiap hari dia disiksa, tanpa henti, 24 jam sehari. Dia tidak diberi waktu untuk beristirahat atau dilepaskan dari hukuman, sepanjang masa koma itu di laluinya dengan azab yang amat pedih.

Dengan suara terbata-bata, dengan berlinangan air mata, wanita itu meneruskan ceritanya, “Hari ke hari saya disiksa. Bila rambut saya ditarik dengan bara api, sakitnya terasa seperti kulit kepala yang ikut terlepas. Panasnya juga menyebabkan otak saya terasa seperti menggelegak.

Azab itu pedih … pedih yang amat sangat … tidak bisa saya ungkapkan. Sambil bercerita, wanita itu terus meraung, menangis terisak-isak. Terlihat dia betul-betul menyesal atas semua kesalahannya. Saya pun termenung, kaget dan menggigil mendengar ceritanya. Sangat pedih balasan Allah kepada umat-Nya yang ingkar.

“Ustazah … buat saya, Islam hanya nama saja, tapi saya minum alkohol, saya main judi dan segala macam dosa besar. Karena saya suka makan dan minum apa yang diharamkan Allah, semasa tidak sadarkan diri itu saya telah diberi makan buah-buahan yang berduri tajam.

Buah yang tak berisi melainkan hanya duri-duri saja, tapi saya sangat ingin memakannya, karena saya benar-benar merasa lapar.
Bila ditelan buah-buah itu, duri-durinya menusuk kerongkongan saya dan bila sampai ke perut terasa menusuk perut saya. Sedangkan jari yang tertusuk jarum pun terasa sakitnya.

Setelah buah-buah duri itu habis, saya diberi makan berupa bara-bara api. Pada saat saya masukkan bara api itu ke dalam mulut, seluruh badan saya rasanya seperti terbakar hangus. Panasnya cuma Allah saja yang tahu. Api yang ada di dunia ini tidak akan sama dengan kepanasannya. Setelah memakan bara api itu, saya meminta minuman, tapi … saya dihidangkan dengan minuman yang dibuat dari nanah. Baunya cukup busuk, saya terpaksa meminumnya sebab saya sangat merasa haus. Semua terpaksa saya lalui, tak pernah saya alami sepanjang hidup di dunia ini.”

Saya terus mendengar cerita wanita itu dengan tekun. Sangat terasa kebesaran Allah.

“Semasa diazab itu, saya merayu memohon kepada Allah supaya diberikan nyawa sekali lagi, berilah saya peluang untuk hidup sekali lagi. Tak berhenti saya memohon. Saya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan saya. Saya berjanji tidak akan ingkar atas perintah Allah dan akan jadi umat yg soleh. Saya berjanji kalau saya dihidupkan kembali, saya akan perbaiki segala kekurangan dan kesalahan saya dahulu, saya akan mengaji, akan sholat, akan puasa yang selama ini saya tinggalkan.”

Saya termenung mendengar cerita wanita itu. Benarlah, Allah itu Maha Agung dan Maha Berkuasa. Kita manusia ini tak akan terlepas dari balasan-Nya. Kalau baik amalan kita maka baiklah balasan yang akan kita terima, kalau buruk amalan kita, maka azablah kita di akhirat kelak.

Alhamdulillah, wanita itu telah menyaksikan sendiri kebenaran Allah. “Ini bukan mimpi ustazah. Kalau mimpi azabnya tidak akan terasa sampai sepedih ini. Saya bertaubat Ustazah, saya tak akan ulangi lagi kesalahan saya. Saya bertaubat … saya taubat Nasuha,” katanya sambil menangis-nangis.

Sejak itu wanita tersebut benar-benar berubah. Bila saya membawanya ke Mekah, dia menjadi jemaah yang paling khusyuk.

Amal ibadahnya tak pernah berhenti. Contohnya, kalau wanita itu pergi ke masjid pada waktu maghrib, dia hanya akan balik kehotelnya selepas sholat subuh.

“Kenapa melakukan ibadah sampai tidak ingat waktu. kamu juga harus menjaga kesehatan. Pulanglah setelah sholat Isya, makan nasi atau istirahatlah sejenak …” tegur saya.

“Tidak apa-apa Ustazah. saya membawa buah kurma. saya memakannya disaat saya merasa lapar.” Menurut wanita itu, sepanjang berada di dalam Masjidil Haram, dia ingin membayar sholat yang ditinggalkannya dahulu.

Selain itu dia berdoa, mohon kepada Allah supaya mengampunkan dosanya. Saya kasihan melihatkan keadaan wanita itu, takut karena ibadah dan tekanan perasaan yang keterlaluan dia akan jatuh sakit. Jadi saya menasihatkan supaya tidak beribadah keterlaluan hingga mengabaikan kesehatannya.

“Tidak boleh Ustazah. Saya takut … saya sudah merasakan pedihnya azab Tuhan. Ustazah tidak merasa, Ustazah tidak mengetahui rasanya. Kalau Ustaz sudah merasakan azab itu, Ustazah juga akan menjadi seperti saya. Saya betul- betul bertaubat.”

Wanita itu juga berpesan kepada saya, katanya, “Ustazah, kalau ada perempuan Islam yang tak pakai jilbab, Ustazah ingatkanlah pada mereka, pakailah jilbab. Cukuplah saya saja yang merasakan siksaan itu, saya tidak mau ada wanita lain yang merasakan hal seperti yang saya sudah rasakan. Semasa diazab, saya melihat larangan-larangan Allah, salah satunya adalah setiap sehelai rambut wanita Islam yang sengaja diperlihatkan kepada lelaki yang bukan mahromnya, maka dia diberikan satu dosa. Kalau ada 10 lelaki yang bukan mahrom melihat sehelai rambut saya ini, maka saya mendapatkan 10 dosa.”

“Tapi Ustazah, rambut saya ini banyak jumlahnya, beribu-ribu. Kalau seorang melihat rambut saya, itu berarti beribu-ribu dosa yang saya dapat. Saya berniat, sepulang saya dari haji ini, saya minta tolong dari ustazah supaya mau mengajarkan suami saya sholat, puasa, mengaji, dan mengerjakan semua ibadah. Saya ingin mengajak suami pergi haji. Seperti saya, suami saya itu Islam pada nama saja. Tapi itu semua adalah kesalahan saya. Saya sudah membawa dia masuk Islam, tapi saya tidak membimbing dia. Bukan itu saja, sayalah yang menjadi seperti orang yang bukan Islam.”

Sejak kembali dari haji itu, saya tidak mendegar cerita tentang wanita tersebut. Bagaimana pun, saya percaya dia sudah menjadi wanita yang benar-benar solehah. Adakah dia berbohong kepada saya tentang ceritanya diazab semasa koma? Tidak. Saya percaya dia berkata benar. Jika dia berbohong, kenapa dia berubah dan bertaubat Nasuha?

Satu lagi, cobalah bandingkan azab yang diterimanya itu dengan azab yang digambarkan oleh Allah dan Nabi dalam Al-Quran dan hadish. Adakah ia berbohong ?

Benar, apa yang terjadi itu memang kita tidak dapat membuktikannya secara saintifik, tapi bukankah soal dosa dan pahala, syurga dan neraka itu perkara ghaib?

Janganlah bila kita sudah meninggal dunia, bila kita sudah diazab barulah kita mau percaya bahwa “Oh … memang betul apa yang Allah dan Rasul katakan. Aku menyesal …” Itu sudah terlambat.

Wallahua’lam bish Shawwab ....

... Raihlah 5 peluang sebelum datang 5 rintangan, Kaya sebelum miskin, Senang sebelum susah, Sehat sebelum sakit, Muda sebelum tua dan waktu Hidup sebelum mati ...

... Semoga kisah ini membawa kita menjadi umat yang lebih mengerti bahwa dunia bukanlah tempat terakhir, masih ada akhirat, masih ada alam lain yang sudah menanti kita sebagai mana dituliskan dalam Al Qur’an. Semoga kita menjadi umat yang senantiasa beribadah kepada Allah. .. Aamiin ...

Barakallahufikum ....

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

Jumat, 17 Mei 2013

Akhirnya Aku Pun Bahagia Bersamanya

Akhirnya Aku Pun Bahagia Bersamanya
oleh : Abu Nasiim Mukhtar “iben” Rifai La Firlaz
                Taat beragama adalah pangkal bahagia!
Sikap patuh dan taat yang sempurna di hadapan firman Allah dan sabda Rasulullah merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar. Walau seringnya manusia mula-mula meragukan, namun keraguan itu selekasnya mesti dibuang jauh-jauh. Jika Allah dan rasul Nya telah menjatuhkan perintah, apakah masih ada keraguan yang tersisa?
Kisah mengharukan dan penuh berkesan ini tentang seorang wanita mulia di masa kenabian. Wanita shalihah itu bernama Fathimah bintu Qais Al Qurasyiyah Al Fihriyyah.Beliau berasal dari nasab dan garis keturunan yang mulia,suku Quraisy. Dikenal memiliki kecantikan dan kecerdasan. Nama Fathimah bintu Qais pun termasuk dalam deretan kaum Muhajirin pertama yang meninggalkan Mekkah demi agama.
Kehidupan di kota Madinah telah berubah cepat dengan kedatangan kaum Muhajirin. Mereka disambut dan diterima dengan penuh gembira dan ceria oleh kaum Anshar. Tidak ada kebencian, tidak ada keterpaksaan. Persaudaran yang tulus di atas pondasi keimanan dan ukhuwwah.
Di sebuah kesempatan, Fathimah bintu Qais ditalak oleh sang suami, Abu Bakar bin Hafsh Al Makhzumi. Talak yang ketiga.Setelah bertanya kepada Rasulullah, Fathimah pun menjalani masa-masa iddah di rumah Ibnu Ummi Maktum, seorang sahabat yang buta dan terhitung kerabat Fathimah.
Waktu pun terus berjalan.
Selesai sudah masa iddah yang mesti dilalui oleh Fathimah bintu Qais. Lalu datanglah dua pinangan sekaligus dari dua sahabat mulia, Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Abu Jahm. Kedua pinangan tersebut disampaikan Fathimah kepada Rasulullah. Akan tetapi Rasulullah menyarankan untuk menolak kedua pinangan tersebut.
Lalu?
Rasulullah justru mengarahkan Fathimah untuk menikah dengan Usamah bin Zaid. Saat itu, Fathimah tidak suka dengan pilihan Rasulullah. Bahkan dengan mengisyaratkan dengan tangan, Fathimah bertanya penuh heran, ” Usamah ! Usamah! ”
Rasulullah lalu bersabda,
طَاعَةُ اللَّهِ وَطَاعَةُ رَسُولِهِ خَيْرٌ لَكِ
                “Taat kepada Allah dan taat kepada rasul Nya lebih baik untuk dirimu”
Subhaanallah!  Taat beragama memang benar-benar pangkal bahagia!
Siapakah Usamah bin Zaid? Sehingga mula-mula Fathimah tidak suka dengan pilihan Rasulullah.
Biarlah Al Imam Adz Dzahabi (Siyar ‘Alam Nubala) yang menceritakannya kepada kita, setelah beliau membawakan hadits tentang Rasulullah yang mengajak Al Hasan bin Ali dan Usamah bin Zaid lalu menyatakan, ”Ya Allah, sesunggunhnya aku mencintai mereka berdua, maka cintailah mereka”
“ Usamah bin Zaid lebih tua sepuluh tahun dibandingkan Al Hasan. Usamah kulitnya sangat hitam, bersifat penyayang, cerdik dan pemberani”
Sebagian pensyarah hadist Fathimah menjelaskann alasan ketidaksukaan Fathimah terhadap pilihan Rasulullah. Alasannya, karena Usamah berkulit hitam dan keturunan budak.
Subhanallah!
“Taat kepada Allah dan taat kepada rasul Nya lebih baik untuk dirimu”
                Fathimah pun tunduk dan taat dengan arahan dan nasehat Rasulullah.Setelah itu,kebahagiaan, kegembiraan dan kemuliaan pun didekap erat-erat oleh Fathimah setelah menjadi istri Usamah bin Zaid.
Fathimah menceritakan,
فَتَزَوَّجْتُهُ فَشَرَّفَنِي اللَّهُ بِأَبِي زَيْدٍ وَكَرَّمَنِي اللَّهُ بِأَبِي زَيْدٍ
“Aku pun menikah dengan Usamah. Kemudian Allah memuliakan diriku dengan Ibnu Zaid (Usamah) dan Allah benar-benar memuliakan diriku dengan Abu Zaid (Usamah)”
Kisah di atas diriwayatkan oleh Al Imam Muslim (1480) di dalam Shahih Muslim
Subhaanallah!  Taat beragama memang pangkal bahagia.
Allah adalah Dzat yang maha rahmah dan maha luas hikmah Nya. Allah lebih menyayangi hamba dibandingkan rasa sayang hamba kepada dirinya sendiri.Allah maha adil dan tidak mendzalimi makhluknya. Hanya saja kita sendiri yang berbuat dzalim.
Oleh sebab itu, semua yang diperlukan hamba untuk kebaikan akhirat dan dunia mereka telah diterangkan di dalam agama. Segala sesuatu yang bisa mencelakakan dan merugikan hamba baik dunia dan akhirat mereka telah dijelaskan dan dilarang pula.
Adakah ketundukan dan ketaatan kepada Nya harus ditunda-tunda?
Rasulullah sangat menyayangi umatnya. Beliau bisa menangis dan bersedih karena memikirkan kemaslahatan umatnya. Semua kebaikan telah beliau sampaikan dan tidak ada yang terlewatkan. Segala macam keburukan telah beliau peringatkan demi kebaikan kita sendiri.
Apakah ketaatan dan ketundukan kita kepada Sunnah Rasulullah masih harus ditangguhkan?
Saudaraku di jalan Allah, taatilah Allah dan taati pula rasul Nya! Niscaya kebahagiaan dan ketenangan jiwa yang engkau cari-cari selama ini akan engkau raih dan rasakan.Pasti!
Tahukah Anda tentang salah satu ciri dan karakter orang yang beriman?
Allah berfirman di dalam Al Qur’an,
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَّقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللهَ وَيَتَّقِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَآئِزُونَ
Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul mengadili diantara mereka ialah ucapan “Kami mendengar dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 24:51)
Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan. (QS. 24:52)

Hamba yang mukmin adalah hamba yang selalu menyatakan Sami’na wa atha’na (kami mendengar dan kami taat) setiap kali dihadapkan dengan firman Allah dan sabda rasul Nya.Tidak tersisa sedikitpun keraguan di dalam hati mereka di dalam menjalankan ketaatan kepada Allah dan rasul Nya.
“Taat kepada Allah dan taat kepada rasul Nya lebih baik untuk dirimu”
Al Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari sahabat Salamah bin Al Akwa’ tentang seseorang yang makan dengan menggunakan tangan kiri di hadapan Rasulullah. Nabi Muhammad berusaha mengingatkan dan membimbing dengan baik,
“ Makanlah dengan menggunakan tangan kanan! ”
Akan tetapi, orang tersebut menolak bimbingan Rasulullah karena terhalang sikap sombong. Ia mengatakan,” Aku tidak bisa makan dengan menggunakan tangan kanan”
Rasulullah pun marah dan bersabda,
لَا اسْتَطَعْتَ مَا مَنَعَهُ إِلَّا الْكِبْرُ
“Engkau tidak akan mungkin bisa menggunakan tangan kananmu lagi!  Tidak ada yang menghalanginya (untuk menjalakan perintah Rasulullah) kecuali sikap sombong”
Subhaanallah!
Sejak saat itu, orang tersebut tidak mampu lagi mengangkat tangan kanannya. Lumpuh!
Na’udzu billah minal khudzlan.
Jelaslah sudah! Taat kepada Allah dan rasul Nya adalah pangkal kebahagiaan baik dunia maupun akhirat.Contohlah Fathimah bintu Qais! Sementara durhaka kepada Allah dan rasul Nya merupakan sumber kehancuran baik di dunia maupun di akhirat. Lihatlah orang tersebut yang lumpuh tangan kanannya!
Ingat-ingatlah kembali prinsip hidup yang dititipkan sebagai wasiat untuk kita oleh Al Imam Az Zuhri,
مِنْ اللَّهِ الرِّسَالَةُ وَعَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْبَلَاغُ وَعَلَيْنَا التَّسْلِيم
“Risalah itu datangnya dari Allah.Rasulullah bertugas untuk menyampaikan sementara kita hanya siap tunduk menerima”
Mudah sekali hidup ini,bukan?

(Kisah ‘Umar dan Seorang Gadis Kecil)

lhamdulillah, tak terasa telah menginjak satu tahun berada di negeri gurun ini, Banyak hikmah dan pelajaran -alhamdulillah- yang terpetik dari perjalanan hidup di sini. Terkadang ku dapati hikmah yang indah dalam sebuah majelis. Ingin rasanya kuabadikan hikmah itu dalam ‘aql dan hati ini, namun sungguh kelemahan itu terletak pada keduanya. Ku mulai menulis, berharap ini menjadi solusi atas kelemahanku yang terkadang melupakan hikmah yang telah kuraih. Ku ingin menggenggamnya, dan merasakannya selalu ada sebagai pengingat keseharianku.
Saya memulai, sebenarnya telah banyak hikmah yang diajarkan kepada kami di daar adz-Dzikr, sekolah untuk da’wah dan pendidikan agama Islam yang berada di Riyadh. Sekolah ini dikhususkan untuk muslimah (atau non muslim yang tertarik dengan Islam) untuk memperluas pengetahuannya tentang Islam. MasyaALLAH, kalau boleh saya katakan sekolah ini bisa menjadi sebuah miniatur ukhuwah islamiyyah yang baik. Mengapa? Karena di dalamnya terdapat berbagai macam kewarganegaraan, berkomunikasi dengan bahasa universal, bahasa ‘arab dan bahasa inggris (untuk tamhidi). Salam pada orang yang dikenal maupun tidak, senyum, tegur sapa, saling menasihati, saling membantu, saling tukar pikiran, saling mengingatkan dari ghibah, saling memperbaiki kesalahan, dan banyak keistimewaan lainnya. Alhamdulillah ya ALLAH atas segala nikmat ini.
Baiklah, di lain waktu kalau ada yang tertarik mengetahui sekolah ini bisa kirim ke email saya. Saya di sini akan memulai cerita tentang hikmah yang saya dapat hari ini dari pelajaran Murooqobatullah. Kali ini guru kami -hafidzohallaahuta’ala-  bercerita tentang sebuah kisah di zaman Khalifah ‘Umar Ibn Al-Khottob -radiyallaahu’anhu-.
‘Umar Ibn Al-Khottob adalah seorang khalifah kedua setelah Abu Bakr -ash-Shiddiiq-. Seorang khalifah yang tawaddhu’ dan ‘adil.
Di sini mu’allimah kami berkata, ” Umar bin khatab itu tidak pernah terlihat sebagai khalifah dari pakaiannya, dari rumahnya, dan dari harta dunia lainnya. Bahkan pernah sebuah utusan bertanya tentang khalifah ke seorang penduduk setempat dan orang tersebut menjawab, ” itu dia khalifah!” (Mudah ditemukan karena Beliau selalu berada di tengah-tengah rakyat dan tidak menunjukkan perbedaan dengan rakyat biasa). Bahkan ada sebagian rakyat yang tidak mengetahui kalau beliau adalah khalifah”
Beliau memiliki jasa yang agung terhadap kaum muslimin, Diantaranya membuat kalender hijriyyah (berdasarkan hijrah Nabi -sholallaahu’alaihi wasallam- dari Mekah ke Madinah), dan menetapkan bulan Muharram sebagai bulan pertama. Selain itu, pada masanya daulah islamiyyah semakin luas, dan beliau membuka Syams, ‘Iraq, Mesir, dan Palestina.
Di sini guru kami bertanya kepada kami. Siapa sajakah yang membuka Palestina (membebaskan Palestina)?
” Al-awwal: ”Umar ibn al-khottoob, ats-tsaaniy: Sholahuddiin, wa ats-tsaalits?” Kami terdiam dan guru kami menjawab: “ats-tsaalits nahnu, insyaALLAH” , artinya: Dan yang ketiga kita InsyaALLAH, kita yang akan membebaskan Palestina, karena itu tanah kita dan masjid kita berada di dalamnya (Masjidil Aqso). Dalam hati saya, “Amiin Ya ALLAH”
Kisah berlanjut..
Suatu malam ‘Umar melakukan “inspeksi rutin” terhadap keadaan rakyatnya. Maka terdengarlah oleh ‘Umar sebuah percakapan antara seorang ibu dan anak secara tidak sengaja.
Muroqabatullah
Disini mu’allimah bertanya,” Bagaimana ‘Umar bisa mendengar percakapan ini? Apakah beliau merapatkan diri kemudian menguping pembicaraan tersebut?” Jawabannya: “Tidak, sesungguhnya, pada zaman dahulu, rumah-rumah itu terbuat dari bahan yang tipis (mungkin maksud beliau semacam gubuk di Indonesia), dan tidak memiliki atap, sehingga setiap pembicaraan terdengar apalagi ketika malam yg pada umumnya orang lain sudah terlelap. Khalifah biasa melakukan inspeksi ini, karena beliau takut dengan pertanggungjawaban di hadapan ALLAH. Bagaimana nanti jika ALLAH bertanya, ” Di sini ada rakyatmu yang begini dan begini, apakah kamu tahu?” Sehingga ‘Umar senantiasa melakukan hal ini pada malam hari dan pada siang hari beliau bergabung dengan rakyatnya.”


Ibu,” Wahai anakku, siapkan susu-susu yang akan kita jual esok pagi.”
Anak, “Baiklah, Bu.”
Ibu,” Dan letakkanlah sebagian air (hanya sedikit) ke dalam susu tersebut (maksudnya agar jumlah susu menjadi banyak sehingga mendapat keuntungan yang banyak pula)”
Anak tersebut pun terkejut dan berkata,” Wahai ibuku, tidakkah engkau tahu bahwa perbuatan ini adalah Ghisy (curang), dan khalifah ‘Umar melarang kita untuk mencampur susu dengan air?”
Ibu,” Masukkan sebagian air itu wahai anakku, tidak mengapa, sesungguhnya Khalifah tidak melihatnya.” Dan jawaban ini-lah yang diucapkan oleh gadis kecil ini. Dan melalui jawaban inilah sebuah taqdir indah tergariskan.
Anak, “Tidak tahukah engkau wahai ibuku, walaupun seandainya Khalifah tidak melihat kita, sesungguhnya ALLAH melihat kita.”
Maka terkejutlah ‘Umar bin Khatab -radhiyallaahu’anhu- mendengar jawaban tersebut. Hatinya senang, dan gembira. Ia menemukan seorang gadis yang memiliki sifat muraqabatullah, Ia menemukan seorang gadis yang paham tentang Rabbnya dan agamanya. Ditanyakanlah pada penduduk sekitar tentang gadis ini dan keluarganya. ‘Umar menginginkan gadis ini untuk dinikahkan dengan seorang puteranya, yang bernama ‘Ashim. Dari pernikahan inilah kelak akan terlahir seorang khalifah. Dimana pada masanya tidak ada ahlul zakat. Semua kehidupan rakyat makmur dan sejahtera. Beliaulah Khalifah ‘Umar bin Abdul ‘Aziz, dan gadis kecil itu adalah neneknya.
MasyaALLAH…
Disini mu’allimah kami memberi sebuah hikmah (kurang lebih begini),” Inilah dampak yang didapat dari jiwa yang memiliki sifat muroqobatullah. Seorang ibu, jika ia memiliki sifat ini, maka ia akan menjadi pendidik yang baik, ia akan bisa melahirkan generasi yang baik pula. Ia akan mengajarkan keturunannya tentang Rabbnya dan agamanya dengan baik, sehingga keturunannya akan mengenal Rabbnya dengan baik, dan kehidupan pun menjadi baik.”


Ada yang menarik dari kisah ini, saya tidak tuliskan dengan warna hitam, karena ini tidak tertulis dalam buku pelajaran kami, hanya ditambahkan oleh mu’allimah kami, dan beliau berkata,”terdapat tambahan dalam riwayat lain seperti ini:


Ketika ‘Umar mendengar jawaban gadis tersebut, seketika itu juga ‘Umar mengambil karung makanan pokok dari gudang penyimpanan. Ia mengetok pintu rumah tersebut, meminta izin untuk memasakkan makanan bagi keluarga tersebut. Ibu dan gadis itu terheran-heran, mereka tidak mengenali bahwa orang tersebut adalah Khalifah ‘Umar bin Khatab -rodhiyallaahu ‘anhu-. Seusai ‘Umar memasak dan memberi makan kepada keluarga tersebut, Sang Ibu berkata, ” Semoga ALLAH membalas kebaikanmu, sesungguhnya kamulah yang pantas menjadi khalifah, ‘Umar tidak pantas menjadi khalifah, kamulah yang sangat pantas menjadi khalifah…”


Subhanallah…semoga ALLAH meridhoimu wahai Khalifah Mutawadhdhi’an wa ‘Adilan, ‘Umar bin Khatab.






n.b: Mungkin kalian akan menemukan banyak versi dari kisah ini, saya hanya mengambil dari buku yang saya pelajari di Daar Adz-Dzikr dan dari kisah guru kami, -hafidzohallaahu ta’ala-

Minggu, 12 Mei 2013

“Jangan Katakan Cinta”

Oleh Al-Ustadz Abdullah al-Jakarty
“Eee… Sebenarnya, aku sudah lama jatuh hati padamu. Mau tidak kamu jadi pacarku?” Kata seorang pria kepada wanita yang dia cintai.
Bisa jadi, itulah kalimat yang biasa diungkapkan oleh seorang pria yang sedang jatuh cinta kepada wanita yang diharapkan bisa menjalin hubungan khusus dengannya, lebih dari sekedar teman. Yang diinginkan oleh banyak pria, setelah mengungkapkan cinta kepada sang wanita, mereka bisa melakukan banyak hal yang menurut mereka, itulah cinta. oleh karena itulah, mereka sering berduaan, berpegangan tangan, berciuman, bahkan berhubungan seks diluar nikah. Yang sangat mengherankan, tidak sedikit wanita muslimah yang menerima perlakuan tersebut dari sang pria, padahal status mereka bukanlah suami istri.
Seharusnya, wanita muslimah mengatakan,“”Jangan katakan cinta, hai pria, jika keharaman yang kau inginkan. Jangan katakan cinta jika yang kau inginkan adalah berkhalwat (berduaan) dengan diriku tanpa ada ikatan pernikahan.”
Sebab, perbuatan tersebut haram hukumnya dan menjadi sarana menuju perbuatan zina. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

ولا تقربوا الزنا إنه كان فاحشة وساء سبيل

“Janganlah kalian mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”
(QS Al-Isra’:32)
Asy- Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah berkata, “Larangan mendekati zina lebih mengena daripada sekedar larangan untuk tidak melakukannya. Sebab, larangan mendekati zina mencakup larangan dari semua hal yang mengantarkan dan mendorong pada perbuatan zina.”
(Taisirul Karimir Rahman pada ayat ini)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:
“Janganlah seorang pria berduaan dengan seorang wanita kecuali bersama mahram.”
(HR. Al-Bukhari no 5233 dan Muslim no 3336 dari Ibnu Abbas)
Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:
“Janganlah seorang pria berduaan dengan seorang wanita, karena setan akan menjadi pihak ketiga.”
(HR Al-Imam Ahmad dalam Musnad-nya (no.114), dari ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu)
“Apalagi jika yang kau inginkan adalah berpegangan tangan, berciuman, bahkan berpelukan…”
Sebab, semua itu adalah perbuatan haram.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمُسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ
“Sungguh, kepala salah seorang di antara kalian ditusuk dengan jarum besi lebih baik baginya daripada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya.”
(HR ar-Ruyani (no. 1300) dan ath-Thabrani (no. 16880,) dinyatakan hasan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam ash shahihah 1/396)
Didalam hadits lain disebutkan haramnya berciuman dengan wanita yang bukan mahram. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Seorang pria mencium seorang wanita, lalu datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengabari beliau tentang apa yang telah dilakukannya. Turunlah firman Allah subhanahu wata’ala:
أَقِمِ الصَّلاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفاً مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ
Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan- perbuatan yang baik itu menghapuskan(dosa)  perbuatan- perbuatan yang buruk.”
(QS Huud:114)
Pria itu bertanya, ‘Apakah ini hanya untuk saya, wahai Rasulullah?
Beliau menjawab, “Untuk semua umatku.”
(HR al-Bukhari no 562 dan Muslim no 2763)
“Yang lebih ngeri, jika yang kauinginkan adalah kenistaan hubungan seks diluar nikah. Sungguh, jangan pernah katakan cinta jika itu yang engkau inginkan. Tidak tahukah engkau bahwa zina adalah perbuatan dosa yang sangat besar?”
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا (68) يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا (69
” …. dan orang-orang yang tidak menyembah ilah (sesembahan) yang lain beserta Allah, tidak membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah (untuk membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barangsiapa melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu dalam keadaan terhina.”
(QS Al-Furqan: 68-69)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata:
” Allah subhanahu wata’ala secara jelas menyebutkan ketiga perbuatan ini (berbuat syirik, membunuh dan berzina) karena ketiganya adalah dosa besar yang paling besar. Kesyirikan merusak agama, pembunuhan merusak badan, sedangkan zina merusak kehormatan.”
(Taisirul Karimir Rahman pada ayat ini)
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Saya bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Dosa apakah yang paling besar disisi Allah?”  Beliau menjawab, “Engkau menjadikan tandingan tandingan bagi Allah padahal DIA telah menciptakanmu.”  Saya berkata, “Sesungguhnya itu dosa yang sangat besar.”  Saya bertanya lagi, “Kemudian apa?”  Beliau menjawab, “Engkau membunuh anakmu karena khawatir dia makan bersamamu.”  Saya bertanya lagi, “Kemudian apa?”  Beliau menjawab, “Engkau berzina dengan istri tetanggamu.”
(HR al-Bukhari dan Muslim)
Al-Imam Ahmad rahimahullah pernah berkata tentang dosa zina,
“Aku tidak mengetahui sesuatu yang lebih besar dosanya -setelah dosa membunuh seseorang-  daripada zina.”
(ad-Da’wad dawa’ hlm 230)
Dalam sebuah hadits digambarkan betapa mengerikan azab bagi orang yang berzina, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bercerita tentang mimpi beliau, “… Kemudian kami pergi. Sampailah kami disebuah bangunan yang menyerupai tungku api. Dari sana terdengar suara hiruk pikuk. Kami menengok kedalamnya, ternyata didalamnya ada pria dan wanita yang telanjang. Dari bawah mereka datang kobaran api yang apabila mengenai mereka, merekapun memekik. Aku bertanya, “Siapa mereka itu?” … Mereka berdua menjawab, “Adapun sejumlah pria dan wanita telanjang yang berada di dalam bangunan mirip tungku api, mereka adalah para pezina.”
(HR al-Bukhari no 7047)
“Jadi jangan pernah katakan cinta jika keharaman dan kenistaan yang kauinginkan. Yang kuinginkan adalah ungkapan cinta dalam bingkai akad nikah yang syar’i, yang kau jemput melalui orangtua atau waliku; bukan ungkapan cinta yang kau jadikan legalitas untuk berbuat haram dan nista.”
Alhamdulillah..
Baarakallahu fiikum…
CATATANMMS sadur dari Majalah QONITAH hal 67-70 (Edisi 02/ Vol 01/ 1434 H-2013M

Kisah Seuntai Kalung Mutiara

Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi al-Anshari tinggal di Makkah. Setelah melewati waktu yang lama tanpa makanan lebih dari apa yang bisa ditahannya dia menjadi kelaparan dan tidak ada sesuatu yang dapat ditemukan untuk menghilangkan rasa laparnya. Ketika ia berjalan di kota Makkah memikirkan keadaannya, ia menemukan sebuah tas sutera yang diikat oleh tali sutera pula. Lalu ia mengambilnya dan membawanya pulang kerumah. Di sana ia membuka tas tersebut dan mendapatkan seuntai kalung mutiara yang tidak pernah ia lihat yang seindah dan dan bernilai seperti kalung itu selama hidupnya. Namun, jika dia merasa begitu bergembira menemukan barang berharga seperti itu, kegembiraan itu akhirnya menghilang. Karena ketika ia keluar kejalan, ia bertemu dengan seorang tua yang mengumumkan bahwa ia telah kehilangan sebuah tas sutera yang berisi kalung yang sangat berharga. Orang tua tersebut berkata bahwa tersedia hadiah sebesar 500 dinar bagi orang yang mengembalikan tas beserta kalung itu. Banyak orang telah diuji dengan tas serupa (maksudnya pencarian kalung tersebut-pent) mengalami kegagalan, khususnya orang-orang miskin dan orang-orang yang sangat tergoda dengan nilai benda tersebut. Namun tidak demikian halnya dengan Imam Abu Bakar. Bukannya memikirkan keadaan dirinya, mengajak orang tua itu ke rumahnya dan memintanya untuk menggambarkan tas tersebut, tali pengikat tas, mutiara, serta rantai pengikat mutiara tersebut. Orang tua itu tentu saja memberikan gambaran yang tepat mengenai segala hal, sehingga Imam Abu Bakar mengambil benda yang hilang tersebut dan memberikan kepadanya. Orang tua itu segera mengambil uang 500 dinar dan mencoba memberikannya kepada Imam Abu Bakar. Namun Imam Abu Bakar menolaknya dan mengatakan bahwa adalah kewajibannya dalam agama untuk mengembalikan barang yang hilang tersebut dan oleh sebab itu tidak pantas baginya untuk mengambil hadiah setelah memenuhi kewajiban tersebut. Orang tua tersebut berusaha untuk memaksa selama beberapa saat, akan tetapi Imam Abu Bakar bersikeras bahwa ia tidak akan mengambil uang itu. Orang tua itu pun kemudian pamit dan pergi.
Tidak lama setelahnya, Imam Abu Bakar berpikir untuk mencari kehidupan yang lain dan sumber penghidupan yang baru, ia meninggalkan kota Makkah dan menjadi penumpang sebuah Kapal. Dalam perjalanannya, kapal tersebut tenggelam. Dan sebagai akibatnya banyak orang yang meninggal, tenggelam besama kapal ke dasar laut. Kapal tersebut pecah berkeping-keping, dan dengan susah payah Imam Abu Bakar berhasil berpengangan pada salah satu potongan kapal dan tetap mengapung. Ia terus berpegangan pada potongan kapal tersebut selama waktu yang panjang dan ketika ia terdampar pada sebuah pulau yang berpenghuni, ia tidak mengingat berapa lama ia telah mengapung sendirian di tengah laut. Sebagai orang baru di pulau itu, ia tidak mengenal seorang pun, dan ia membutuhkan tempat untuk beristirahat dan memulihkan dirinya. Ia duduk di sebuah Masjid. Ketika duduk di dalam masjid sambil membaca Al-Qur’an banyak orang yang mendengarkan dan mendekatinya, memintanya untuk mengajarkan Al-Qur’an. Dia merasa sangat gembira mengajar mereka. Dan sebagai balasan atas jasanya (mengajar) mereka membayarkan dengan sejumlah besar uang. Kemudian dia menemukan mushaf Al-Qur’an. Akhirnya ia mendapatkan kesempatan untuk membaca langsung dari Al-Qur’an dan tidak sekedar membacanya berdasarkan ingatannya. Ternyata setidaknya sebagian besar penduduk pulau tersebut buta huruf.
Melihat ia bisa membaca, pemimpin orang-orang itu mendekatinya dan bertanya apakah dia dapat menulis. Dia membenarkannya. Maka orang-orang itu pun berkata; ”Ajarilah kami menulis.” Mereka kemudian membawa anak-anak dari segala umur kepadanya dan dia kemudian menjadi guru mereka. Dan dia (imam Abu Bakar) kembali mendapat bayaran yang sangat besar. Merasa senang dengan kepribadian dan ilmu sang pendatang baru, pemimpin pulau itu mendekatinya dan berkata: ”Diantara kami hidup seorang gadis muda yatim yang kaya, dan kami ingin engkau menikahinya.” Pada awalnya Imam Abu Bakar menolaknya namun mereka terus memaksanya. Akhirnya ia menyerah dan setuju untuk menikahi gadis itu. Pada hari pernikahannya, pemimpin pulau itu menghadirkan pengantin kehadapan Imam Abu Bakar. Dengan sorot mata penuh takjub, ia mulai menatap pada kalung yang dikenakan gadis itu. Begitu lama ia terpaku menatapnya hingga pemimpin pulau itu berkata: ”Engkau telah menyakiti hati gadis ini, karena bukannya menatapnya engkau malah menatap kalungnya. ”Imam Abu Bakar kemudian menceritakan kisahnya dengan seorang laki-laki tua di Makkah. Orang-orang yang hadir lalu bersyahadat dan bertakbir. Suara mereka begitu keras hingga dapat terdengar oleh seluruh penghuni pulau tersebut. Imam Abu Bakar berkata, ”Ada apa dengan kalian?” Mereka berkata: ”Orang tua yang mengambil kalung itu darimu adalah ayah dari gadis ini dan ia selalu berkata: ’Saya belum pernah menemukan seorang Muslim yang sejati dan ikhlas di dunia ini kecuali orang yang mengembalikan kalung ini’, dan dia selalu berdoa: ”Ya Allah, pertemukanlah aku dengan laki-laki itu agar aku dapat menikahkan puteriku dengannya.’ ”Dan kini, hal tersebut menjadi kenyataan. Imam Abu Bakar tetap hidup manakala isteri dan anak-anaknya meninggal, dan mewarisi kalung tersebut. Dan kemudian dia menjualnya seharga 100.000 dinar. Ia menjadi seorang yang kaya raya diakhir hidupnya.
pearl_necklace Dr. Saleh As-Saleh dalam audio lecture beliau juga membacakan kisah ini. Beliau berkata bahwa ini adalah sebuah kisah yang menakjubkan yang dibawakan oleh Ibnu Rajab dalam komentarnya terhadap biografi Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi (wafat 535 H) dalam Tahabaqat al-Hanabilah, sebagaimana yang dikisahkan Al-Qadhi Abu Bakar kepada Al-Baghdadi.

Sumber: Transkirp Audio Book : Gems and Jewels from the Salaf

Selasa, 07 Mei 2013

... Kisah Seorang Pemuda Dan Bidadari Bermata Jeli ...

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Abdul Wahid bin Zaid berkata, “Ketika kami sedang duduk-duduk di majelis kami, aku pun sudah siap dengan pakaian perangku, karena ada komando untuk bersiap-siap sejak Senin pagi. Kemudian saja ada seorang laki-laki membaca ayat, (artinya) ‘Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin jiwa dan harta mereka dengan memberi Surga.’ (At-Taubah: 111). Aku menyambut, “Ya, kekasihku.”
Laki-laki itu berkata, “Aku bersaksi kepadamu wahai Abdul Wahid, sesungguhnya aku telah menjual jiwa dan hartaku dengan harapan aku memperoleh Surga.”

Aku menjawab, “Sesungguhnya ketajaman pedang itu melebihi segala-galanya. Dan engkau sajalah orang yang aku sukai, aku khawatir manakala engkau tidak mampu bersabar dan tidak mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini.”

Laki-laki itu berkata, “Wahai Abdul Wahid, aku telah berjual beli kepada Allah dengan harapan mendapat Surga, mana mungkin jual beli yang aku persaksikan kepadamu itu akan melemah.” Dia berkata, “Nampaknya aku memprihatinkan kemampuan kami semua, …kalau orang kesayanganku saja mampu berbuat, apakah kami tidak?” Kemudian lelaki itu menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah kecuali seekor kuda, senjata dan sekedar bekal untuk perang. Ketika kami telah berada di medan perang dialah laki-laki pertama kali yang tiba di tempat tersebut. Dia berkata, “Assalamu ‘alaika wahai Abdul Wahid,” Aku menjawab, “Wa’alaikumussalam warahmatullah wa barakatuh, alangkah beruntungnya perniagaan ini.”

Kemudian kami berangkat menuju medan perang, lelaki tersebut senantiasa berpuasa di siang hari dan qiyamullail pada malam harinya melayani kami dan menggembalakan hewan ternak kami serta menjaga kami ketika kami tidur, sampai kami tiba di wilayah Romawi.

Ketika kami sedang duduk-duduk pada suatu hari, tiba-tiba dia datang sambil berkata, “Betapa rindunya aku kepada bidadari bermata jeli.” Kawan-kawanku berkata, “Sepertinya laki-laki itu sudah mulai linglung.” Dia mendekati kami lalu berkata, “Wahai Abdul Wahid, aku sudah tidak sabar lagi, aku sangat rindu pada bidadari bermata jeli.” Aku bertanya, “Wahai saudaraku, siapa yang kamu maksud dengan bidadari bermata jeli itu.” Laki-laki itu menjawab, “Ketika itu aku sedang tidur, tiba-tiba aku bermimpi ada seseorang datang menemuiku, dia berkata, ‘Pergilah kamu menemui bidadari bermata jeli.’ Seseorang dalam mimpiku itu mendorongku untuk menuju sebuah taman di pinggir sebuah sungai yang berair jernih. Di taman itu ada beberapa pelayan cantik memakai perhiasan sangat indah sampai-sampai aku tidak mampu mengungkapkan keindahannya.

Ketika para pelayan cantik itu melihatku, mereka memberi kabar gembira sambil berkata, ‘Demi Allah, suami bidadari ber-mata jeli itu telah tiba.’ Kemudian aku berkata, ‘Assalamu ‘alaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?’ Pelayan cantik itu menjawab, ‘Tidak, kami sekedar pelayan dan pembantu bidadari bermata jeli. Silahkan terus!’

Aku pun meneruskan maju mengikuti perintahnya, aku tiba di sebuah sungai yang mengalir air susu, tidak berubah warna dan
rasanya, berada di sebuah taman dengan berbagai perhiasan. Di dalamnya juga terdapat pelayan bidadari cantik dengan mengenakan berbagai perhiasan. Begitu aku melihat mereka aku terpesona. Ketika mereka melihatku mereka memberi kabar gembira dan berkata kepadaku, ‘Demi Allah telah datang suami bidadari bermata jeli.’ Aku bertanya, ‘Assalamualaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?’ Mereka menjawab, Waalaikassalam wahaiwaliyullah, kami ini sekedar budak dan pelayan bidadari bermata jeli, silahkan terus.’

Aku pun meneruskan maju, ternyata aku berada di sebuah sungai khamr berada di pinggir lembah, di sana terdapat bidadari-bidadari sangat cantik yang membuat aku lupa dengan kecantikan bidadari-bidadari yang telah aku lewati sebelumnya. Aku berkata, ‘Assalamu alaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?’ Mereka menjawab, ‘Tidak, kami sekedar pembantu dan pelayan bidadari bermata jeli, silahkan maju ke depan.’

Aku berjalan maju, aku tiba di sebuah sungai yang mengalirkan madu asli di sebuah taman dengan bidadari-bidadari sangat cantik berkilauan wajahnya dan sangat jelita, membuat aku lupa dengan kecantikan para bidadari sebelumnya. Aku bertanya, ‘Assalamu alaikunna, apakah di antara kalian ada bidadari bermata jeli?’ Mereka menjawab, ‘Wahai waliyurrahman, kami ini pembantu dan pelayan bidadari jelita, silahkan maju lagi.’

Aku berjalan maju mengikuti perintahnya, aku tiba di se-buah tenda terbuat dari mutiara yang dilubangi, di depan tenda terdapat seorang bidadari cantik dengan memakai pakaian dan perhiasan yang aku sendiri tidak mampu mengungkapka keindahannya. Begitu bidadari itu melihatku dia memberi kabar gembira kepadaku dan memanggil dari arah tenda, ‘Wahai bidadari bermata jeli, suamimu datang!’

Kemudian aku mendekati kemah tersebut lalu masuk. Aku mendapati bidadari itu duduk di atas ranjang yang terbuat dari emas, bertahta intan dan berlian. Begitu aku melihatnya aku terpesona sementara itu dia menyambutku dengan berkata, ‘Selamat datang waliyurrahman, telah hampir tiba waktu kita bertemu.’ Aku pun maju untuk memeluknya, tiba-tiba ia berkata, ‘Sebentar, belum saatnya engkau memelukku karena dalam tubuhmu masih ada ruh kehidupan. Tenanglah, engkau akan berbuka puasa bersamaku di kediamanku, insya Allah. ‘

Seketika itu aku bangun dari tidurku wahai Abdul Wahid. Kini aku sudah tidak bersabar lagi, ingin bertemu dengan bida-dari bermata jeli itu.”

Abdul Wahid menuturkan, “Belum lagi pembicaraan kami (cerita tentang mimpi) selesai, kami mendengar pasukan musuh telah mulai menyerang kami, maka kami pun bergegas meng-angkat senjata begitu juga lelaki itu.

Setelah peperangan berakhir, kami menghitung jumlah para korban, kami menemukan 9 orang musuh tewas dibunuh oleh lelaki itu, dan ia adalah orang ke sepuluh yang terbunuh. Ketika aku melintas di dekat jenazahnya aku lihat, tubuhnya berlu-muran darah sementara bibirnya tersenyum yang mengantarkan pada akhir hidupnya.”

Sabtu, 04 Mei 2013

LEBIH 200 DALIL DARI KITAB WEDHA (KITAB SUCI UMAT HINDU) TENTANG SELAMATAN 1,7,10,100 hari,nyewu, dll.

Alhamdulillah yang sekarang beliau Romo Pinandhita Sulinggih Winarno menjadi Mualaf/masuk Islam lalu beliau mengubah namanya menjadi Abdul Aziz, sekarang beliau tinggal di Blitar-Jawa Timur.

Dulu beliau tinggal di Bali bersama keluarganya yang hindu, Beliau hampir dibunuh karena ingin masuk islam, beliau sering di ludahi mukanya karena ingin beragama islam & alhamdulillah ayahnya sebelum meninggal beliau juga memeluk agama islam. Abdul aziz berharap seluruh kaum muslimin membantu mempublikasikan,menyebarkan materi dibawah ini.

Jazakumullahu khoiran katsira.

Kesaksian mantan pendeta hindu: abdul aziz bersumpah atas asma Allah bahwa selamatan, ketupat, tingkepan, & sebahagian budaya jawa lainnya adalah keyakinan umat hindu dan beliau menyatakan tidak kurang dari 200 dalil dari kitab wedha (kitab suci umat hindu) yang menjelaskan tentang keharusan selamatan bagi pemeluk umat hindu, demikian akan saya uraikan fakta dengan jelas dan ilmiyah dibawah ini :

1. Di dalam prosesi menuju alam nirwana menghadap ida sang hyang widhi wasa mencapai alam moksa, diperintahkan untuk selamatan/kirim do’a pada 1 harinya, 2 harinya, 7 harinya, 40 harinya, 100 harinya, mendak pisan, mendak pindho, nyewu (1000 harinya).

Pertanyaan ????? apakah anda orang islam juga melakukan itu ?????

ketahuilah bahwa TIDAK AKAN PERNAH ANDA TEMUKAN DALIL DARI AL-QUR’AN & AS-SUNNAH/hadits shahih TENTANG PERINTAH MELAKUKAN SELAMATAN, bahkan hadits yang dhoif(lemah)pun tidak akan anda temukan ,akan tetapi kenyataan dan fakta membuktikan bahwa anda akan menemukan dalil/dasar selamatan,dkk,justru ada dalam kitab suci umat hindu,

COBA ANDA BACA SENDIRI DALIL DARI KITAB WEDHA (kitab suci umat hindu) DIBAWAH INI:

a. Anda buka kitab SAMAWEDHA halaman 373 ayat pertama, kurang lebih bunyinya dalam bahasa SANSEKERTA sebagai berikut: PRATYASMAHI BIBISATHE KUWI KWIWEWIBISHIBAHRA ARAM GAYAMAYA JENGI PETRISADA DWENENARA.

ANDA BELUM PUAS, BELUM YAKIN, ???

b. Anda buka lagi KITAB SAMAWEDHA SAMHITA BUKU SATU,BAGIAN SATU,HALAMAN 20. Bunyinya : PURWACIKA PRATAKA PRATAKA PRAMOREDYA RSI BARAWAJAH MEDANTITISUDI PURMURTI TAYURWANTARA MAWAEDA DEWATA AGNI CANDRA GAYATRI AYATNYA AGNA AYAHI WITHAIGRANO HAMYADITAHI LILTASTASI BARNESI AGNE.

Di paparkan dengan jelas pada ayat wedha diatas bahwa lakukanlah pengorbanan pada orang tuamu dan lakukanlah kirim do’a pada orang tuamu dihari pertama, ke tiga, ke tujuh, empat puluh, seratus, mendak pisan, mendhak pindho, nyewu(1000 harinya).

Dan dalil-dalil dari wedha selengkapnya silahkan anda bisa baca di dalam buku karya Abdul aziz (mantan pendeta hindu) berjudul “mualaf menggugat selamatan”, di paparkan TIDAK KURANG DARI 200 DALIL DARI “WEDHA” kitab suci umat hindu semua.

JIKA ANDA BELUM YAKIN, MASIH NGEYEL,,, ?

c. Silahkan anda Buka dan baca kitab MAHANARAYANA UPANISAD.

d. Baca juga buku dengan judul ,“NILAI-NILAI HINDU DALAM BUDAYA JAWA”, karya Prof.Dr. Ida Bedande Adi Suripto (BELIAU ADALAH DUTA DARI AGAMA HINDU UNTUK NEGARA NEPAL, INDIA, VATIKAN, ROMA, & BELIAU MENJABAT SEBAGAI SEKRETARIS PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA).

Beliau menyatakan SELAMATAN SURTANAH, GEBLAK, HARI PERTAMA, KE TIGA, KE TUJUH, KE SERATUS, MENDHAK PISAN, MENDHAK PINDHO, NYEWU (1000 harinya) ADALAH IBADAH UMAT HINDU dan beliau menyatakan pula NILAI-NILAI HINDU SANGAT KUAT MEMPENGARUHI BUDAYA JAWA,

=ADI SURIPTO DENGAN BANGGA MENYATAKAN UMAT HINDU JUMLAH PENGANUTNYA MINORITAS AKAN TETAPI AJARANNYA BANYAK DI AMALKAN MASYARAKAT , yang maksudnya sejak masih dalam kandungan ibu-pun sebagian masyarakat melakukan ritual TELONAN (selamatan bayi pada hari ke 105 (tiap telon 35 hari x 3 =105 hari sejak hari kelahiran )), TINGKEPAN (selamatan untuk janin berusia 7 bulan)=

e. Baca majalah “media hindu” tentang filosofis upacara NYEWU (ritual selamatan pada 1000 harinya sejak meninggal). Dan budaya jawa hanya tinggal sejarah bila orang jawa keluar dari agama hindu.

f. Jika anda kurang yakin, Masih ngeyel dan ingin membuktikan sendiri anda bisa meneliti kitab wedha datang saja ke DINAS KEBUDAYAAN BALI, mereka siap membantu anda. atau Telephon Nyi Ketut Suratni : o857 3880 7015 (dia beragama Hindu tinggal di Bali, wawasanya tentang hindu cukup luas dia bekerja sebagai pemandu wisata ).

g. APA DASAR YANG LAIN DIDALAM HINDU ??? :

# RUKUN IMAN HINDU (PANCA SRADA) yang harus diyakini umat hindu

1. Percaya adanya sang hyang widhi.

2. Percaya adanya roh leluhur.

3. Percaya adanya karmapala.

4. Percaya adanya smskra manitis.

5. Percaya adanya moksa.

# PANCA SRADA punya rukun, yaitu:

• PANCA YAJNA (artinya 5 macam selamatan).

1. Selamatan DEWA YAJNA (selamatan yang ditujukan pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau biasa dikenal orang dalam istilah dengan,” memetri bapa kuasa ibu pertiwi “).

2. Selamatan PRITRA YAJNA (selamatan yang DI TUJUKAN PADA LELUHUR).

3. Selamatan RSI YAJNA (selamatan yang ditujukan pada guru atau kirim do’a yang ditujukan pada Guru, biasanya di punden/ndanyangan ). Kalau di kota di namakan dengan nama lain yaitu “SELAMATAN KHAUL” memperingati kiyainya/gurunya &semisalnya , yang meninggal dunia.

4. Selamatan MANUSIA YAJNA (selamatan yang ditujukan pada hari kelahiran atau dikota disebut “ULANG TAHUN” ).

5. Selamatan BUTA YAJNA (selamatan yang ditujukan pada hari kebaikan ), misalnya kita ambil contoh biasanya pada beberapa masyarakat islam (jawa) melakukan selamatan hari kebaikan pada awal bulan ramadhan yang disebut “selamatan MEGENGAN”.

Fenomena diatas tidak diragukan lagi karena pengaruh agama hindu/budaya jawa/nenekmoyang .

Allah berfirman: “ dan apabila dikatakan kepada mereka ,”ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab ,”(tidak) kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami(melakukan-nya).”padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun, dan tidak mendapat petunjuk.(QS.Al-Baqarah,170).

“mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka”(QS.An-Najm,23).

Dan Allah juga berfirman: dan apabila dikatakan pada mereka,”mari lah (mengikuti) apa yang diturunkan Allah dan (mengikuti) Rasul.”mereka menjawab,”cukuplah bagi kami apa yang kami dapati nenek moyang kami (mengerjakannya) .”apakah (mereka akan mengikuti)juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk ? (QS.Al-Maidah,104)

# AKIBAT YANG TIDAK DI SELAMATI DALAM KEYAKINAN HINDU, yaitu:

Pertanyaan ?

orang tua kalau tidak diselamati apa rohnya gentayangan?

Buka dalilnya DIKITAB SUCI UMAT HINDU dikitab SIWASASANA HALAMAN 46-47 CETAKAN TAHUN 1979. Bagi yang tidak mau selamatan mereka di peralina hidup kembali dalam dunia bisa berwujud menjadi hewan atau bersemayam di dalam pohon, makanya kalau anda ke Bali banyak pohon yang dikasih kain-kain dan sajen-sajen itu, karena mereka meyakini roh nya ada dalam pohon itu, dan bersemayam dalam benda-benda bertuah misal keris dan jimat, di hari sukra umanis (jum’at legi) keris atau jimat di beri bunga&sajen-sajen.

DEWA ASURA akan marah besar jika orang tidak mau melakukan selamatan maka dewa asura akan mendatangkan bala/bencana & membunuh manusia yang ada di dunia.

DEWA ASURA atau dikenal dalam masyarakat dengan nama BETHARAKALA , anak ontang anting harus diruwat(ritual dengan selamatan&sajen) karena takut betharakala , sendhang kapit pancuran(anak wanita diantara kedua saudara kandung anak laki-laki) diruwat karena takut betharakala, rabi ngalor ngulon merga rawani karo betharakala (nikah tidak boleh karena rumahnya menghadap utara&barat, karena takut celaka ).

# AKIBAT YANG DI SELAMATI DALAM KEYAKINAN HINDU, yaitu:

Dalam keyakinan hindu bagi yang mau selamatan maka mereka langsung punya tiket ke surga.

2. NASI TUMPENG

Konsep dalam agama hindu : dalam kitab MANAWA DHARMA SASTRA WEDHA SMRTI ,BAGI ORANG YANG BERKASTA SUDRA(KASTA YANG RENDAH) YANG TIDAK BISA MEMBACA KALIMAT PERSAKSIAN :

HOM SUWASTIASU HOM AWI KNAMASTU EKAM EVA ADITYAM BRAHMAN ,BAGI YANG TIDAK BISA MENGUCAPKAN KALIMAT DALAM BAHASA SANSEKERTA DIATAS SEBAGAI PENGGANTINYA MAKA MEREKA CUKUP MEMBIKIN TUMPENG, BENTUKNYA ADALAH SEGITIGA, SEGITIGA YANG DIMAKSUT ADALAH TRIMURTI (SHIVA, VISHNU, BRAHMA=>BRAHMAN) ARTINYA TIGA MANIFESTASI IDA SANG HYANG WIDHI WASA , UMAT HINDU MENGATAKAN BARANGSIAPA YANG MEMBIKIN TUMPENG MAKA DIA SUDAH BERAGAMA HINDU.

Dikitab BAGHAWAGHITA di jelaskan TUHAN nya orang hindu lagi minum dan ditengahnya ada tumpeng, dan di depan dewa brahma ada sajen-sajen

3. Pemberangkatan mayat diwajibkan dipamitkan di depan rumah lalu beberapa sanak keluarga akan lewat di bawah tandu mayat (tradisi brobosan), karena umat hindu meyakini brobosan sebagai wujud bakti pada orang tua dan salam pada dewa, dalam hindu mayat di tandu lalu diatasnya diberi payung, pemberangkatan mayat menggunakan sebar/sawur bunga, uanglogam, beraskuning,dll, lalu bunga di ronce(dirangkai dengan benang )lalu di taruh/dikalungkan di atas beranda mayat. Hindu meyakini :

a. Bunga warna putih mempunyai kekuatan dewa brahma.

b. Bunga warna merah mempunyai kekuatan dewa wisnu.

c. Bunga warna kuning mempunyai kekuatan dewa siwa.

Umat hindu berkeyakinan bunga itu berfungsi sebagai pendorong do’a (muspha/trisandya)&pewangi.

4. KETUPAT

Didalam hindu roh anak menjelang hari raya pulang kerumah, sebagai penghormatan orang tua kepada anak, maka biasanya hindu setelah hari raya di pasang kupat diatas pintu dan di bagi-bagikan tetangga.

Pertanyaan ? apakah anda tahu dasarnya setelah hariraya idulfitri ada hari raya kupatan/ketupat ? apa dasarnya? DEMI ALLAH tidak ada satu dalilpun perintah Allah dari Al-Qur’an dan As-sunnah tentang perbuatan tersebut diatas.

sungguh Allah berfirman: “mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka”(QS.An-NAJM:23).

“ dan apabila dikatakan kepada mereka ,”ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab ,”(tidak) kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami(melakukan-nya).”padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun, dan tidak mendapat petunjuk.(QS.Al-Baqarah:170)

# KESIMPULAN

TRADISI-TRADISI SALAH YANG MEMBUDAYA : tradisi keliru dan telah membudaya pada masyarakat kita yang kita sebutkan diatas, bukan untuk diikuti akan tetapi untuk dijauhi. Bahwa setidaknya ada dua alasan mereka melakukan tradisi-tradisi tersebut :

1. Mereka berpedoman dengan hadits palsu;

2. Sebagian dari mereka hanya sekedar ikut-ikutan (mengekor) terhadap tradisi yang berjalan disuatu tempat.

Mereka akan mengatakan bahwa ini adalah keyakinan para pendahulu dan nenek moyang mereka !

Saudaraku sekalian, argumentasi”apa kata orang tua”, bukan lah jawaban ilmiyah dari seorang muslim yang mencari kebenaran. Apalagi masalah ini menyangkut baik buruknya aqidah seseorang. Maka, permasalahan ini harus didudukkan dengan timbangan AL-QUR’AN AS-SUNNAH AS SHAHIHAH.

Sikap mengekor kepada pendahulu dan nenek moyang dengan tanpa memperdulikan dalil-dalil syar’i merupakan perbuatan yang keliru, karena sikap tersebut menyerupai orang-orang quraysy, ketika diseru oleh Rasulullah untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Apa jawab mereka ? silahkan anda baca al-qur’an surat az-zuhruf ayat 22 & asy-syu’ara ayat 74.

“bahkan mereka berkata,’sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu agama (bukan agama yang engkau bawa)dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan mengikuti jejak mereka”(Qs.az Zuhruf,22).

Jawaban seperti ini serupa dengan apa yang dikatakan kaum Nabi Ibrahim, ketika mereka diajak meninggalkan peribadatan kepada selain Allah. Mereka mengatakan,” kami dapati bapak-bapak kami berbuat demikian(yakni beribadah kepada berhala).”(QS.Asy Syu’ara,74).

# PENUTUP

Demikian wahai saudaraku persaksian yang dapat saya sampaikan. mari janganlah mencampur adukkan ajaran hindu dengan ajaran islam. misalnya jika anda tidak berani mendakwahi atau menyampaikan pada saudara kita sebahagian umat islam yang masih melakukan selamatan dan sebagainya adalah dari Hindu bukan ajaran islam.

misal Jika anda merasa malu, gak enak (ewuh pakewuh) menyampaikan atau mendakwahi kepada saudara kita muslim yang masih melakukan selamatan dan sebagainya atau malu gara-gara kita menegakkan Al-Qur’an & As-Sunnah , anda keliru besar.

Ingat janji-Nya, Allah berfirman: sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka-,,,,(QS.At-Taubah,111).

Marilah masing-masing kita selalu berbenah dan memperbaiki diri. Semoga Allah memberikan hidayah dan taufiq-Nya kepada kita dan seluruh kaum muslimin. Aamiin.

Wallahu a’lam.

Oleh : Abdul Aziz.

==

Allah berfirman : Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, maka niscaya DIA(Allah) akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (Qs.Muhammad,7) .

Mohon disebarluaskan dengan menjaga keaslian tulisan tanpa di tambah maupun dikurangi.

Barakallahu fikum…

riwayat Anas bin malik-,,,- Rasulullah bersabda: diantara tanda-tanda hari kiamat adalah hilangnya ilmu (keislaman), maraknya kebodohan(tentang islam),,,-(HR.bukhari(no,81)).

HR.muslim,no1856)).

riwayat dari abdullah bin amru bin al-ash-,,,-,bahwa Rasul bersabda :sesungguhnya Allah azzawajalla tidak menghilangkan ilmu (keislaman)dengan cara mencabutnya dari dada umat manusia, tetapi Allah menghilangkan ilmu (keislaman)dengan memwafatkan para ulama ,sehingga tidak ada seorang ulama pun yang tertinggal. kemudian orang-orang mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh, lalu mereka di tanya, lalu mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan. (HR.Muslim,no:1858), dengan sanad sahih